Minggu, 15 Desember 2013

Aku Bukan Pilihan Hatimu



~*~  Aku Bukan Pilihan Hatimu  ~*~


Sebuah kisah cinta pertama seorang remaja yang baru menginjak umur 17 tahun
Bernama Zulham
ia hanyalah seorang anak penjual buah di pasar

jika dilihat status sosialnya
Zulham tidak mungkin bisa bersekolah di SMA nya sekarang,
namun ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah
sehingga Zulham dapat bersekolah di SMA favorit dan terbaik di kotanya

Zulham bertemu dengan Doni,
yang merupakan seorang anak pengusaha
yang tak memandang status social berteman dengan siapa saja
Sehingga Zulham dan Doni pun menjalin ikatan persahabatan

Nabila seorang gadis yang juga anak dari seorang pengusaha,
dan satu-satunya orang penyumbang terbesar dimana ia bersekolah
Ia adalah gadis yang pertama membuka lembaran cinta Zulham


***

Cerita tentang Zulham


Bel tanda istirahat baru saja berbunyi,
aku masih duduk di bangku sekolahan

"Ham, kamu gak keluar ?"
Doni, temanku menyapaku

Aku menggeleng pelan

"Kamu kenapa ?"
tanya Doni

"Enggak, gak kenapa-napa"
ucapku pelan

"Tapi kamu lapar kan ?"
tanya doni lagi


Aku menarik nafas panjang,
lapar, memang aku lapar saat ini,
tapi bagaimana lagi,
aku tak mempunyai uang untuk membeli apapun"


"kali ini aku bayarin deh, yuk!!"
Doni masih saja berdiri di sampingku

"Makasih Don, aku di sini saja"

"Bener ? Ya udah, aku keluar dulu yah,
maaf aku gak bisa nemenin kamu"

Aku menganguk


Kini Doni telah lenyap dari pandanganku
Ia merupakan teman dekatku,
ia selalu berbagi cerita denganku

Aku senang padanya
karena ia tak pernah memilih dengan siapa ia bergaul,
walaupun ia orang berada,
sedangkan aku ...
aku hanyalah seorang anak penjual buah di pasar,
aku dapat sekolah di sini saja sudah merupakan suatu anugrah

Aku mengambil Buku catatanku,
aku mulai membacanya,
mencoba mengisi jam istirahat ini dengan sesuatu yang berguna

Ini memang yang selalu aku lakukan jika jam istirahat tiba,
dimana orang lain di sibukkan dengan makanan atau rumpiannya,
tapi aku tak senang akan kegiatan itu
Aku lebih senang begini



Waktu telah berjalan,
istirahat akan segera berakhir
Kulihat para siswa masuk satu persatu ke dalam kelas

"Yah... nih anak masih juga disini,
kenapa sih kamu betah bener di bangku ini"

Doni dengan senyum cerianya duduk di sampingku

Aku menanggapinya dengan tersenyum kecil

"Oh iya Ham, kamu dapat salam tuh.\"
Ucap Doni

"Salam, dari siapa ?"
tanyaku

"Nabila !"

"Nabila, Mana ?"

"Ya ampun, masa kamu gak tahu sih,
dia kan gadis paling cantik di SMA ini"

"Udah ah aku gak mau becanda"
Ucapku menanggapi ungkapan Doni

"Eh aku gak becanda lagi
Nabila tuh langsung bilang ke aku,
untuk nyalamin ke kamu"

"Please, jangan bicara itu ya"

"Loh kamu tuh gimana sih, jadi gimana nih,
salamnya kamu terima gak"

Aku terdiam

"Loh malah diem, diterima gak ?"
Tanya Doni

"Terserah kamu lah"
Dengan perasaanku cuek

"Kok gitu sih, eh tahu gak cowok-cowok tuh
ngedambain banget tuk deket dengan Nabila,
eh ini Nabila dah di depan mata,
kamu malah cuek"

"Ya udah, aku terima deh"

"Nah gitu donk, Nabila pasti senang klo ngedengernya"

Aku kembali terdiam


Nabila, kenapa dia selalu saja menitipkan salam kepada teman-temanku,
aku gak habis pikir,
kenapa mesti aku ??

padahal dia itu seorang yang cukup kaya,
ke sekolah saja ia membawa mobil pribadi,
sedangkan aku, jangankan mobil pribadi,
untuk ongkos Bis kota saja kadang-kadang aku gak punya

Malah aku sering berfikir,
apakah Nabila berbuat seperti ini hanya untuk mempermainkanku ?

atau mau menjadikan aku sabagai alat untuk menjauhkannya dari cowok-cowok playboy
yang selalu mengejarnya itu


***


Hari ini, seperti hari-hari biasanya,
aku melangkah di halaman SMA ini diantara kabut yang menyelimuti pagi ini

Aku memang sudah terbiasa untuk datang pagi sekali
sebelum para siswa yang lain datang

Kulihat pintu kelasku masih tertutup,
aku meraih gagangnya dan membukanya
Kudapati suasana kelas yang hening

Suara sepatuku bergema di ruangan itu,
aku langkahkan kakiku menuju mejaku,
dan meletakan tas yang telah aku pakai sejak SMP itu di atas meja,
segera ku duduk di bangkuku

Kupandangi sekeliling,
benar-benar sunyi,
mataku kini tertuju ke arah Whiteboard

Di sana tertulis serangkaian kata

"Zulham aku cinta kamu, Nabila"


Setiap pagi selalu aku menemukan tulisan seperti ini
Ku ambil langkah menuju ke Whiteboard
dan segera menghapus tulisan itu

Kenapa Nabila seakan selalu mengejar aku ?
kini rasa bimbang menyelubungiku,
apa yang harus aku perbuat ??

jujur saja Nabila memang gadis yang sempurna,
atau setidaknya mendekati sempurna

Apa yang didambakan oleh gadis remaja ada pada dirinya,
Cantik, Kaya, Pintar,
Orangtua yang sangat menyayanginya,
apa lagi???????????

Sedangkan aku
Hanya lelaki biasa,
tidak tampan, kondisi keluarga yang pas-pasan,
aku hanya memiliki nilai lebih
yaitu selalu menjadi juara kelas, itu saja

Ini memang berawal ketika aku menjadi petugas kesehatan
pada saat upacara bendera beberapa bulan yang lalu,
saat itu Nabila memang terlihat kurang fit,
tentu saja ketika upacara berlangsung Nabila pingsan,
aku sebagai petugas jaga tentu saja sigap membantunya dan membawanya ke UKS

Di sana aku bantu dia menyadarkan dari pingsannya,
karena saat itu yang menjadi 'pasien' cuma Nabila,
maka kita hanya berdua dalam ruangan itu

Dari situ terbentuk obrolan-obrolan kecil
dan mulai memperkenalkan diri masing-masing

Sejak saat itu Nabila mulai memperlihatkan tingkah lain,
ia mulai sering menitipkan salam kepada teman-temanku,
dia selalu mencari info segala sesuatu tentang diriku dari mereka,
dan sudah seminggu ini aku selalu menemukan pesan untukku
yang ia tulis di Whiteboard kelas

Sebenarnya banyak yang iri aku mendapatkan perlakuan seperti ini dari Nabila,
bagaimana tidak iri,
Nabila itu selalu menjadi sasaran cowok-cowok terganteng yang ada di sekolah ini

mereka selalu memperebutkan hati Nabila,
namun sayang hingga saat ini
hatinya tak pernah dapat mereka taklukkan,
Nabila hanya memperlakukannya dengan dingin

"Pagi-pagi sudah ngelamun"

Suara Doni mengusik lamunanku

"Ah enggak..."
Aku mencoba mengelak

"Enggak gimana ?
aku tahu kok dari tadi tuh pandangan mata kamu kosong,
eh lagi ngelamunin sapa sih, Nabila ya ?"
sindir Doni

"Ah gak, siapa lagi yang ngelamunin Nabila"

"Ehm jangan 'muna' kamu."

"Bener kok enggak"

Aku masih saja enggan memberitahu yang sebenarnya kepada Doni


"Ya udah, eh iya, di depan ada yang mau nemuin kamu tuh..."

"Ketemu aku ? Siapa ?"

"Ada deh ?"

"Siapa ? emh... Nabila ya ?"
Tanyaku pelan

Doni mengangguk

"Bilang aku lagi gak mau diganggu.."

"Loh, kok kamu sadis gitu sih,
gak boleh gitu ah sama cewek,
cepet gih kamu temuin dia"

"Enggak ah..."

"Ya kamu, eh kalo kamu di gituin ma cewek,
gimana perasaanmu ?
gak enak kan, nah cewek juga sama kayak gitu!"


Dengan malas aku berdiri dan mulai melangkah

"Semoga berhasil ya"
Support Doni

"Kamu tuh ngomong apaan sih"
Elakku

Doni hanya tersenyum menanggapi ucapanku itu


Aku berjalan keluar kelas
Kutemukan sosok Nabila, duduk di bangku di depan kelasku

"Hai.."
aku menyapanya

Ia melempar senyum kepadaku
Aku duduk di sampingnya

"Kenapa akhir-akhir ini kamu seolah menghindar dariku ?"
tanya Nabila

Aku diam

"Kamu marah ?"
Tanya Nabila pelan

Aku menggeleng

"Lantas kenapa ?"

"Aku... aku sibuk"
Aku menjawab asal

Kami terdiam, seolah tak ada kata yang dapat kami rangkai pagi itu


"Zulham, aku... "

Hatiku mulai berdebar,
aku sudah bisa membaca apa yang akan diucapkan Nabila saat itu


"Zulham, aku mencintai kamu"
Kata yang keluar dari ucapan Nabila

Aku masih diam

"Zulham...!"
panggil Nabila

"Ini yang aku takutkan
Akhirnya aku mendengar kata-kata ini”
Suaraku pelan

"Maksudmu ?"
Tanya Nabila, penasaran

"Selama ini aku takut kamu mengucap kata itu padaku"

Pandanganku menatap Nabila

"Memangnya kenapa ?"
penasaran

"Nabila, apa yang akan kamu dapatkan dariku,
aku hanya anak seorang penjual buah,
gak ada yang bisa kamu banggakan dariku"

"Aku tak peduli kondisi kamu bagaimana,
tapi aku sungguh menyayangi kamu Zulham"
Yakinnya

"Aku takut..."
Ucapku

"Takut kenapa, Ham ?"
Tanya Nabila

"Bagaimana pandangan orang jika aku menjadi pacar kamu"
Ucapku datar

"Ah peduli amat dengan mereka, yang menjalani kan kita"

Aku diam

"Jadi...? "
Tanya Nabila

"Jadi apa ?"
sahutku

Nabila menarik nafas panjang

"Zulham, pernahkah kau mendapatkan cinta sebelumnya ?"

Aku menggeleng

"Jadi selama ini kamu belum pernah pacaran ?"
tanyanya halus

Aku mengangguk

"Memangnya kenapa ?"
dengan halus

"Aku takut"
Ucapku datar

"Takut ?" tanyanya

"Aku selalu takut untuk menjalin cinta dengan orang"
Suaraku datar

"Kamu takut kecewa ?"
tanyanya

"Bukan, aku malah takut cewek itu yang kecewa terhadapku"
Ungkapku

"Kamu jangan kecil hati kayak gitu donk
Jadi bagaimana ?"
desak Nabila

"Bagaimana, apanya ?"
sahutku

"Aku menunggu jawaban darimu"
Ucapnya

Aku kembali terdiam

"Kamu kenapa ?"
Nabila kembali bertanya

"Aku gak bisa jawab sekarang ya"
Suaraku datar

"Memangnya kenapa ?"
penasaran

"Aku masih perlu memikirkan ini"
Dengan menatap Nabila

"Ya udah, aku tetap tunggu jawaban darimu
Aku ke kelas dulu yah..."
Sambil berdiri melirik kepadaku

Aku mengangguk

Sosoknya kian menjauh dariku dan menghilang
Aku mulai termenung, kini kebimbangan lainnya mulai muncul,
aku gak tau bagaimana baiknya aku mengambil keputusan ini


"Wah Ham, gimana nih, berhasil gak ?"
Doni kini telah duduk di tempat Nabila tadi duduk

"Don, aku bingung nih"
Suaraku datar

"Emangnya kenapa ?"
Tanya Doni

"Nabila... "

"Kenapa dengan Nabila, dia nembak kamu ya ?"
sambil tersenyum

Aku mengangguk.

"Wah bagus itu"
Suportnya

"Tapi aku bingung nih"

"Bingung kenapa lagi, Nabila tuh Cantik, Pintar, Kaya,
kamu mikir apa lagi sih"
Dengan halus menjelaskan

Aku kembali terdiam

"Udah deh kamu terima aja,
cowok lain tuh susahnya minta ampun tuk jadian ma Nabila
Ini, dia udah nembak duluan kamu malah bingung"

"Bagaimana kata orang"
Ucapku

"Ya cuek aja lagi"
Dengan suara santai

"Tapi aku gak bisa kayak gitu"
Suaraku datar

"ya ampun ... maju aja lah,
kalo ada apa-apa aku bisa bantuin kamu, tenang aja"
Yakinnya

Bel tanda masuk berbunyi

"Masuk yuk ?"
ajaknya

Aku mengangguk dan mengikuti Doni masuk ke dalam kelas


***


Aku duduk di restoran ini,
tepat di hadapanku Nabila tetap saja menatapku,
aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini,
aku tidak terbiasa

Restoran ini terlampau mewah bagiku,
orang seperti diriku seharusnya tidak pantas berada di tempat ini,
ini khusus bagi orang-orang mewah seperti Nabila,
hanya saja aku tak bisa menolak ajakan Nabila
untuk makan malam di tempat ini


Ini merupakan kencan pertamaku dengan Nabila,
ketika aku menyanggupi permintaannya untuk menjadi kekasihnya,
beberapa pekan yang lalu

Nabila terlihat sangat senang mendengar jawabanku,
ketika aku mengatakan kata 'iya' kepadanya

Suasana restoran ini cukup hening,
terdengar lantunan lagu lembut,
menambah keromantisan suasana restoran ini

Nabila terlihat sangat cantik malam ini,
dengan menggunakan gaun malam hitam dengan rambutnya yang lurus
ia biarkan tergerai
Semua ini membuat aku tak tahu apa yang harus diperbuat

"Ham, makasih ya"
Ungkap Nabila lembut

"Makasih apa ?"
tanyaku

"Kamu mau menerimaku..."
Suara nabila datar

"Nabila, apakah kau kecewa terhadapku ?"
tanyaku

"Kenapa kau tanyakan itu ?"

"Aku merasa... aku tak pantas berada di sampingmu.."

"Tak pantas karena apa ?"

"Aku bukan seorang pria mewah seperti dirimu,
aku hanya..."

"Jadi karena itu kamu merasa malu berada di sampingku ?"

"Bukan malu! Tapi aku tak mempunyai apapun
yang dapat kamu bangakan dari diriku.."


Nabila tersenyum manis,

"Ham, aku tak akan menuntut apapun kepadamu,
kecuali satu permintaan, yaitu cintamu"

Aku kembali terdiam, entahlah,
seolah semua kata ini hilang begitu saja
ketika aku harus berhadapan dengan Nabila


Malam berjalan tanpa ada yang dapat menghentikannya,
obrolan-obrolan ringan terjadi seiring bertambahnya waktu


***


Enam bulan sudah hubunganku dengan Nabila berjalan,
Nabila memang benar,
dia dapat membuktikan apa yang ia ucap di awal hubungan kami

Rasa sayangku padanya telah tumbuh kini,
dan kini aku tak sekaku dahulu mengadapi Nabila,
setidaknya kini aku harus menghilangkan perbedaan yang tajam antara aku dengan dia

Tatapan sinis dari para lelaki yang dahulu mengejar Nabila
masih sering aku dapatkan,
hanya aku tak mau mengambil pusing dengan semua itu
Toh ini semua kan atas permintaan Nabila

Hari ini aku diajak Doni untuk mengantarnya ke mall,
ia ingin membeli perlengkapan pesta ulang tahun yang akan diadakan lusa depan

Dengan membawa kantong besar di tangan masing-masing,
aku dan Doni menyempatkan untuk melepas lelah di sebuah mini cafe
yang berada di dalam mall ini

"Lusa kamu datang kan ?"
Doni berkata sembari menuangkan creamer ke dalam coffee-nya

"Ya pasti lah, masa enggak sih !"

"Nabila udah aku kasih tau,
jadi kalian wajib datang berdua"

Aku tersenyum

Ku ambil cangkir berisi coklat panas yang berada di hadapanku
dan ku teguk isinya

Kalau aku tak mempunyai sahabat seperti Doni,
tak mungkin aku dapat berada di tempat ini,
dia memang terlampau baik untukku,
maka akupun tak akan segan membantu dalam setiap kesulitannya

Kupandang wajah Doni,
aku membaca raut wajahnya seolah melihat sesuatu yang tak dapat ia percayai

“Don, kamu kenapa ?"
dengan memandang kearah Doni

Doni masih terpaku pada pandangannya

"Aku gak tahu apakah pantas aku katakan padamu.."

"Kamu ngomong apa sih, Don"

"Kamu dan Nabila masih baik-baik aja kan ?"
Tanya Doni, penasaran

"Kamu aneh bener deh,
kenapa emang kamu tanyakan itu,
aku dengan Nabila gak kenapa-napa kok"
Jawabku dengan senyum

"Itu Nabila kan ?"
Telunjuk Doni menunjuk ke sebuah arah

Mataku segera mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Doni


Di sana terdapat seorang wanita dan pria yang sedang asik bercanda mesra berdua
di sebuah meja yang letaknya di sudut dari cafe ini

Yang membuat mataku terpaku adalah sang wanita,
dia adalah Nabila, Nabila kekasihku

"Don, kita pulang sekarang"
Suaraku datar

Doni tak berbicara

"Don, jika kamu masih ingin di sini,
aku pulang duluan"

Aku mulai berdiri dan melangkah, tapi
aku kembali mengalihkan pandangan ke sudut itu,
memastikan apakah itu benar Nabila

Ternyata benar, dia Nabila
Ku tatap wajah itu,
tanpa sadar ia menatap kepadaku,
pandangan kami bertemu

Ku pertajam tatapanku, dan
segera membalikkan tubuh dan mulai melangkah keluar cafe

"Ham, Zulham tunggu aku..."

Kudengar Doni mengejarku


Baru kali ini aku benar-benar di sakiti oleh yang namanya wanita,
kenapa ia menawarkan cintanya kepadaku
jika ia tak benar-benar mampu untuk mencintaiku


***


Malam itu pesta berlangsung cukup meriah,
banyak tamu undangan yang datang dengan berbagai penampilan,
seakan mereka berlomba memamerkan apa yang ia miliki

Aku termenung duduk di sebuah sudut,
sebenarnya aku malas datang ke pesta ini, tapi
aku tak cukup tega untuk tidak menghadiri pesta ulang tahun sahabat dekatku ini

Aku masih teringat kejadian kemarin lusa,
sejak saat itu aku tak ingin lagi bertemu dengan orang yang bernama Nabila itu. Entahlah, apaka
tindakanku tepat atau salah aku tak mau peduli
yang pasti sosoknya telah aku hilangkan di hati ini

Aku memang sadar, aku ini terlalu cepat memvonis salah kepada orang,
bisa saja kan lelaki itu bukan siapa-siapa Nabila,
mungkin sepupunya atau siapa lah!

tapi aku tak yakin ia itu sepupu atau temannya,
aku melihat dengan mataku sendiri
kalau tingkah Nabila saat itu sangat mesra kepada lelaki itu

Tamu yang berdatangan semakin banyak,
dan sosok Nabila belum juga aku dapati,

"Syukurlah kalau Nabila tidak hadir !"
ucapku dalam hati, memang itu yang aku inginkan

"Ham, kamu jangan ngelamun aja donk,
ngobrol kedepan dengan yang laen"
Doni menyentuh bahuku

"Biar aku di sini aja.."
Aku menjawab sembari tersenyum

"Eh, kamu udah makan belum?"
Tanya Doni

Aku menggeleng pelan

"Udah gih makan duluan !"

"Enggak ah, nanti aja"
Elakku dengan senyum

"Bener ?"

"Bener, gak enak ke yang laen"

Dengan senyum

"Ok deh kalo gitu,
oh iya tadi Nabila nelpon, nanyain kamu"

"Trus, kamu bilang aku ada di sini ?"
tanyaku pelan

"Iya..."

"Dia mau kesini ?"
tanyaku

"kayaknya!"
jawab Doni

"Don, aku pulang duluan ya ?"

Aku mulai berdiri

"Loh kok gitu, nanti dulu dong,
pestanya aja belum berlangsung,
kamu gak mau ketemu Nabila ya?"

Doni memaksaku untuk kembali duduk

"Kamu jangan begitu donk, Ham
Saran ku, sebaiknya kamu ngomong baik-baik sama Nabila,
bisa aja kan kamu salah sangka"
doni Memegang bahuku


"Don, aku telah merasa dikhianati oleh Nabila,
aku telah terlampau sakit"
Ungkap ku datar

"Ham, Ham, baru aja begitu kamu telah memvonis yang macem -macem sama Nabila"

"Tapi, Don... "
melirik Doni

"Udah, pokoknya aku bakal marah besar kalo kamu pulang duluan"
Potong Doni

"Kayak bukan laki-laki aja,
hadapi aja dia, apa susahnya sih..."

Doni kembali memotong

"Aku ke sana dulu ya !"

Aku tak mampu lagi berbicara,
Doni telah meninggalkanku sendiri di sudut ini


Bangku-bangku yang tadi kosong kini terisi,
aku tetap pada aktivitasku, yaitu Diam

Aku memang sedang tidak mood untuk mengobrol,
walaupun banyak yang menyapaku,
tapi aku hanya menjawabnya dengan seperlunya

Walaupun tubuhku ada di pesta ini, tapi pikiranku tidak
Ku biarkan dia melayang entah kemana
Aku tak dapat mengendalikannya

"Zulham..."
Samar ku dengar suara Nabila

Aku kembalikan pikiranku ke alam nyata,
ku lihat Nabila telah berdiri di sampingku,
dengan memamerkan senyum indahnya


Aku berdiri dan mulai melangkah menjauh darinya

"Zulham, kamu mau kemana?"
tanyanya penasaran

Aku tak menjawab,
dan aku tetap pada langkahku

Aku tahu di belakang Nabila dengan susah payah mengejarku

"Zulham, aku tahu kamu marah sama aku..."
Desaknya

"Kalau memang iya, kamu mau apa ?"

Akhirnya ku hentikan langkahku itu tepat di teras depan rumah Doni


"Aku minta maaf"
Suarnya datar

"Hanya itu ?"
sahutku

"Jadi aku harus bagaimana ?"
Ia mengambil tanganku

"Dia itu hanya teman Ham, enggak lebih..."

Aku melepas genggaman tangannya dari tanganku

"Hanya teman ?
Memangnya aku bisa percaya begitu saja terhadap ucapanmu itu ?"

"Jadi apa yang harus aku perbuat untuk meyakinkan kepadamu"
sahut pasrah Nabila


Aku terjebak oleh kata-katanya,
walaupun aku tak begitu percaya akan ucapannya itu

"Zulham, kamu percaya kan kepadaku?"
tanyanya penuh harap

Aku tak tahu harus menjawab apa,
kupandangi wajah Nabila,
wajah yang seolah tanpa dosa itu menatapku dengan penuh harap,
hati ini memang selalu luluh pada tatapannya itu

Kami saling membisu,
suasana di teras depan ini cukup hening,
hanya kami berdua yang berada di tempat ini

"Nabila..."

Keheningan yang terjadi dipecahkan oleh suara seorang lelaki

Aku membalikkan badan menuju ke arah datangnya suara


Kini di hadapanku terlihat seorang lelaki yang tak pernah kukenal sebelumnya,
hanya wajah itu sepertinya pernah aku lihat sebelumnya

"Dika, kenapa kamu kesini?"
Nabila sedikit membentak lelaki itu

"Loh apakah salah jika aku ingin menjemput cewekku"
Jawab lelaki itu tenang

“ 'Cewek', apaan ini ?”
Aku mengalihkan pandanganku ke Nabila,
mukanya kini terlihat tegang

"Kamu temannya Nabila ya ?
Perkenalkan saya Dika."
Lelaki itu mengajakku berjabat tangan

"Kamu... siapanya Nabila"
Ucapku sambil menanggapi uluran tangannya

"Oh, saya cowoknya Nabila"
Jawab lelaki itu dengan santai


Kembali ku tatap Nabila,
kini wajahnya ia tundukkan

"Aku pulang..."
Aku berkata dengan nada datar

"Ham, tunggu, aku bisa jelaskan ini... "


Nabila mencoba menghentikan langkah yang baru saja aku lakukan

"Tak ada yang harus kamu jelaskan lagi Nabila,
semuanya sudah jelas, aku dan kamu memang berbeda,
dan harus kamu ketahui, aku bukanlah sebuah pilihan untukmu
Jadi mulai dari sekarang mohon tingalkan aku"
Ucapku datar

Kulepaskan genggaman tangannya,
aku mulai berjalan menembus kegelapan dinginya malam yang mendung

Hujan pun mulai membasiahi bahuku
Terlihat Nabila memanggil-manggil aku,
dengan tetesan air mata yang mulai membasahi pipinya

Dan aku terus berjalan meninggalkanya

“ Zulham tunggu aku…”

Ia berlari mengejarku

Dimalam yang mulai basah karena siraman hujan,
jalanan yang sebelumnya kering tergenang oleh air hujan
Terlihat Nabila mengejarku dibawah derasnya air hujan

Tak lama kemudian Nabila terjatuh,
sambil meneteskan air matanya yang terus keluar

Langkah ku terhenti melirik kearah Nabila
Tak lama Dika berlari membantu Nabila
dan memeluknya untuk menenangkan Nabila,
dan membawanya keteras untuk berteduh

Dan aku meneruskan langkahku
menembus derasnya air hujan yang mulai membasahiku



Cinta ini menyakitkan
Menguras segala harapan dan anganku

Ada apakah dengan cintanya ?
Hingga berani menodai cinta tulusku ??
Rasa riang dan bahagiamu hanyalah kamuplase belaka
Tapi segalanya tentangku,
Dapatkah kau buang begitu saja

Perih kurasa, pehit kuterima
Ketika harus kuakui
Jikalah aku memang bukanlah pilihan hatimu

Selesai.

                                              


***
Referensi :
Madiun,15 Januari 2009
Penulis : Fajar Hidayat
http://fjsebuahcoretan.blogspot.com/2009/06/aku-bukan-pilihan-hatimu.html?m=1
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar