Minggu, 15 Desember 2013
Cinta Lelaki Biasa
~*~ Cinta Lelaki Biasa ~*~
Menjelang hari yang dimaksudkan
Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu
Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui,
gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya,
melainkan menjadi milik banyak orang;
Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania
Mereka ternyata sama herannya
Kenapa?
Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin
menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu
Suasana sore di kampus sepi
Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah,
lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon lima belas watt
Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas
Mulut Nania terbuka
Semua menunggu
Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana
Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan menyadari,
dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban,
alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu
Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap
Yang pertama terjadi tiga bulan lalu
saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya
Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul,
bahkan hingga generasi ketiga,
sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget
Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua
disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan:
mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening
Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong
Semua menatap Nania!
Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka,
melainkan sangat tidak menyukai Rafli
Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat, Parah
Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa,
dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!
Cukup!
Nania menjadi marah
Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia
Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Setahun pernikahan....
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu,
masih sering berbisik-bisik di belakang Nania,
apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli
Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli
agar tampak di mata mereka
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli,
begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania\
Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia
Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat,
mata mereka terlihat tak percaya
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra
Bisik orang-orang di kantor,
bisik tetangga kanan dan kiri,
bisik saudara-saudara Nania,
bisik Papa dan Mama
Sungguh beruntung suaminya
Istrinya cantik. Cantik ya? dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi
Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli
Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak
Anak-anak semakin besar
Nania mengandung yang ketiga
Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania,
atau membuat Nania menangis
***
Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar
Sudah lewat dua minggu dari waktunya
Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania
Harus segera dikeluarkan!
Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania
Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat
Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam,
mereka akan segera melihat si kecil
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit
Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi,
dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur
Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan,
delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan
Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit,
lalu tiga menit
Tapi pembukaan berjalan lambat sekali
Baru pembukaan satu, Belum ada perubahan
Bu. Sudah bertambah sedikit
kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan
Kondisi perempuan itu makin payah
Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya
Bang? Rafli termangu
Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan
Dokter? Kita operasi, Nia
Bayinya mungkin terlilit tali pusar
Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan
Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran
Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya
hingga ke pintu kamar operasi
Ia tak suka merasa sendiri lebih awal
Pembiusan dilakukan,
Nania digiring ke ruangan serba putih
Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu
Sebuah lagu dimainkan
Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak
Berayun-ayun
Kesadarannya naik-turun
Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya,
dan langkah-langkah cepat yang bergerak,
sebelum kemudian dia tak sadarkan diri
Kepanikan ada di udara
Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya
Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah
Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi
dan entah bagaimana pecah!
Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis
Mama Nania yang baru tiba, menangis
Sudah seminggu lebih Nania koma
Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam
Dibawanya sebuah Quran kecil,
dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU
Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka,
melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..
Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab
Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis,
menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya,
mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi
Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa
Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir
Memandikan dan menyuapi Nania,
lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu
Setiap sore setelah pulang kantor,
lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras,
melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta
Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur
Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu,
memakaikannya gaun tidur
Ia ingin Nania selalu merasa cantik
Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu
Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania,
membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia
Setidaknya di mata Rafli
Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar
Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania
Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut
Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama,
selalu melibatkan Nania
Begitu bertahun-tahun
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya
Mereka semua yang menatapnya iba,
lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari
Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka,
orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba,
namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik
Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya,
kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta
Tapi dia salah, Sangat salah
Nania menyadari itu kemudian
Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik,
barangkali selamanya akan selalu begitu
Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka..
Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan
Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan
Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa,
rumah besar yang mereka tempati,
kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri
Meski tubuhnya tak berfungsi sempurna
Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia
meski karir telah direbut takdir dari tangannya
Waktu telah membuktikan segalanya
Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah,
untuk Nania
catatan : true story
From : Bramanryo IS1, sumber:Unknown
***
Referensi :
Rabu, 13 Januari 2010 @ 07:28
Oleh Jihaduddin Fikri Amrullah
http://ceceem.blogspot.com/2010/01/cerita-cinta-lelaki-biasa-kisah-nyata.html
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar