Minggu, 07 September 2014

Sekelumit Cahaya Cintaku





~*~ Sekelumit Cahaya Cintaku ~*~





Untuk kesekian kalinya
Surat-surat ini kutulis diatas kertas putih... Kosong

Ya, kertas itu kosong
setelah beberapa tahun silam kucoret-coret dengan tinta kepahitan
Yang kusebut kenangan terindah,
namun kini semua itu menjelma jadi tusukan duri yang hampir rapuh
Hingga kubiarkan saja rapuh,
agar ia segera hilang dari ingatanku


Ku genggam jiwa yang kusebut CINTA,
agar ia tetap menjadi penghuni di hatiku yang renta ini

Ku genggam senyuman insan yang kumiliki
agar ia memperindah lembah hati yang sunyi ini menjadi seberkas bianglala


Sangkaku salah
Genggaman semakin erat CINTA itu semakin pudar, hilang
Senyum itu semakin hambar aku sruput bak kopi hitam yang mendingin sedari dulu


Aku lepas!
Aku hilang kendali!
Aku jatuh! Sakit!
Aku berteriak seperti burung cangak yang meneriakkan suaranya di malam yang pekat

Aku menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan, atau jajanannya
Sesekali ku panggil ibu
Sesekali ku gapai ibu
Sesekali ku bertelepati dengan ibu


Namun ibu tetaplah jauh dari hatiku
Tetaplah disudut kota kelahiranku, dan aku

Aku di sudut kota yang ku sebut lembah sunyi
Lembah sunyi yang menghilangkan CINTA dari hatiku
Lembah sunyi yang menyudutkanku terus menerus
semakin dalam, dalam, dan dalam
Tanpa penerangan, tanpa lentera


Namun aku masih memegang sebuah tongkat yang diturunkan dari syurga, Ibu
Tongkat itu adalah ibu

Di dalam lembah sunyi, ku terus berjalan menyusuri lorong waktu
Yang ku tahu waktu itu seperti kereta yang hanya berhenti di stasiun saja
Setelah ia pergi, maka ia tidak akan peduli dengan penumpangnya yang ketinggalan


Aku tidak mau ...
Aku tidak mau ketinggalan waktu itu

Aku bangkit dan berjalan di atas kerikil-kerikil tajam yang terinjak kakiku
Kemana?
Untuk apa?
dan pada siapa aku akan melabuhkan diriku ini


Allah...
Allah... yang akan menampungku,
bebanku, tangisku, juga semua yang ku angkut bersama jiwa yang tak sepadan denganNYA

Terus dan terus ku melaju
Akhirnya kutemukan setitik cahaya pengganti hilangnya Cintaku
Persahabatan


Persahabatan yang kurasakan sungguh ini baru pertama kali
Kuraba ia sangat membingungkanku

Bagaimana tidak?!
Aku yang ingin berbagi kasih bersamanya,
namun mereka menghadirkan sekelumit CINTA
Antara segitiga yang ku tahu tidak akan menemukan kesejajaran


Persahabatan yang menyita pikirku tidak sejalan dengan nuraniku
Aku telah dihadapkan dengan persimpangan
Arah mana yang akan aku tapaki?
Atau aku akan berputar arah yang telah jauh aku tinggalkan?


“TIDAK!!”
teriaku dalam hati

Aku tidak akan berputar arah lagi
Aku akan terus berjalan,
berjalan dan berjalan mengikuti lorong waktu itu
Aku yakin lorong waktu itu belumlah sampai pada tujuanku


Benar...
Itu belum sampai

Ah, aku tidak peduli lagi dengan persahabatan yang menyita waktuku itu
Yang menghadirkan persimpangan di hadapku


Kuteruskan saja jalanku,
ku lanjutkan saja menjadi masinis yang mengemudikan kereta ku

Lama, ya terlalu lama aku mengemudikannya
Terkadang aku lelah,
terkadang aku jenuh,
terkadang aku sepi


Tapi, tunggu!
Bukankah di depan itu ada setitik cahaya yang bisa kutangkap dengan mataku
Senyumku renyah saat kutemui itu memang benar-benar cahaya
Cahaya yang awalnya memberi kehangatan bagiku
Cahaya yang awalnya memberi penerangan bagi jalanku
Cahaya yang kurasakan bahagia bila ia mengecup hatiku
Cahaya yang mencuatkan cinta untukku


Bahagia bukan?
YA, aku bahagia atas hadirnya cahaya itu
Cahaya yang ku sebut Cinta


CINTA?
lagi-lagi cinta
Tidak.. ini bukan cinta
Ini adalah sepercik dari kilatan cahaya sejati yang aku rasakan sesaat saja


Seiring waktu yang berputar namun pasti
Aku merasakan lagi kehambaran,
keredupan atas cahaya itu

Semakin hari semakin gelap, pekat.
Cahaya itu hilang, melayang tiada kudapatkan lagi
Kumencari-cari sampai ke sela tumpukan jerami,
namun tiada kutemui


Kutanyai pada malam-malam yang berbintang,
tetap saja ia membisu

Atau cahaya itu menyinggahi hati yang lain,
setelah tahu hatiku ini terasa hambar, pahit


Aku terduduk lesu menyaksikan cahaya itu menerangi hati yang lain
Hingga mata ini menghadiahkan hujan yang tiada reda untuk kuusap sekilas saja

Ranting yang mulai mencabangkan akar-akar cinta,
kini merapuh lagi


Bunga yang ingin terkecup oleh wangi cahaya cinta,
akhirnya layu juga

Hingga ku terbangun dari mimpiku,
dan menyusuri lorong waktu kembali


Sekelumit cahaya-cahaya cinta itu hanyalah hilirnya saja
Biar kubawa sepenuh hatiku yang hancur ini berjalan menemui hulu sang pencipta Cinta
Karena aku tahu cinta suci itu akan bertumpu pada ALLAH





***
Referensi :
Agustus 2014
Laziesthunt
Cerpen Karangan
Bunga Sholekha
Akun FB : Bunga sholekha
Dewi Maharani
*